Ketika Puasa Mengundang Rizki Yang Tak Terduga: Pelajaran dari Kakek Tukang Sol Sepatu

Wali Umat – Di sebuah jalan menanjak, seorang pembuat konten merekam pemandangan yang menggetarkan hati. Seorang kakek tukang sol sepatu berjalan perlahan, membawa peralatan kerjanya yang tampak berat di pundak yang tak lagi kokoh. Terdorong rasa iba, pembuat konten itu menawarkan sebungkus makanan dan sebotol air mineral kepada sang kakek, namun jawaban sang kakek membuat hatinya bergetar - ternyata beliau sedang berpuasa.
Kisah ini mungkin tampak sederhana, namun menyimpan hikmah yang dalam tentang bagaimana Allah Swt mengatur rizki para hamba-Nya. Tanpa disadari sang pembuat konten, ia telah menjadi perantara rizki berbuka puasa bagi sang kakek, sebuah bukti nyata bahwa Allah Swt selalu memiliki cara-Nya sendiri untuk memuliakan hamba yang bertakwa. Sejenak, kita diajak untuk merenungkan: jika seorang kakek yang bekerja berat saja masih mampu menahan lapar dan dahaga demi Allah, bagaimana dengan kita?
Mengapa sang kakek memilih berpuasa, padahal pekerjaannya jelas menguras tenaga? Itulah panggilan iman atau bisa jadi, ia sedang berpuasa karena tak ada makanan yang bisa dimakan. Namun, keduanya tak ada salahnya, bahkan alasan ini sama-sama mulia di mata Islam. Beliau Saw. secara khusus menganjurkan puasa Senin-Kamis, sebagaimana dalam hadits:
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ، أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ ﷺ قَالَ: تُعْرَضُ الأَعْمَالُ يَوْمَ الاِثْنَيْنِ وَالْخَمِيسِ، فَأُحِبُّ أَنْ يُعْرَضَ عَمَلِي وَأَنَا صَائِمٌ
"Dari Abu Hurairah, bahwa Rasulullah Saw. bersabda: 'Amalan-amalan diperlihatkan pada hari Senin dan Kamis, maka aku suka ketika amalanku diperlihatkan, aku dalam keadaan berpuasa.'" (HR. Tirmidzi no. 747)
Rasulullah Saw. juga pernah berpuasa karena di rumahnya tidak ada makanan. Hal ini menunjukkan bahwa ketergantungan kepada Allah Saw. jauh lebih utama daripada mengeluh atas keterbatasan duniawi. Kakek tukang sol sepatu itu menunjukkan bahwa iman dan keteguhan hati bisa menjadi bekal untuk menghadapi kerasnya kehidupan. Dari Ummul mukminin Aisyah radhiallahu ‘anha menceritakan:
دخل علي النبي صلى الله عليه وسلم ذات يوم فقال: «هل عندكم شيء؟» فقلنا: لا، قال: «فإني إذن صائم»
“Suatu hari, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menemui kami, dan bertanya, ‘Apakah kalian punya makanan?‘ Kami menjawab, ‘Tidak.’ Kemudian beliau bersabda: “Kalau begitu, saya akan puasa.”. (HR. Muslim 1154, Nasai 2324, Turmudzi 733).
Sayangnya, di sisi lain, kita sering menemukan orang-orang yang justru memilih membatalkan puasa wajib hanya karena alasan ‘capek’. Padahal, kelelahan yang mereka alami tidaklah seberat yang dialami oleh sang kakek. Lantas, bagaimana sebenarnya hukum membatalkan puasa karena merasa lelah?
Menurut Rumah Fikih Indonesia, Ustadz Ahmad Sarwat, Lc., MA., menjelaskan bahwa orang yang diperbolehkan membatalkan puasa adalah mereka yang benar-benar dalam kondisi darurat, seperti sakit berat, musafir dengan perjalanan jauh, atau perempuan yang sedang hamil dan menyusui jika dikhawatirkan membahayakan. Sebagaimana firman Allah:
شَهْرُ رَمَضَانَ ٱلَّذِىٓ أُنزِلَ فِيهِ ٱلْقُرْءَانُ هُدًى لِّلنَّاسِ وَبَيِّنَٰتٍ مِّنَ ٱلْهُدَىٰ وَٱلْفُرْقَانِ ۚ فَمَن شَهِدَ مِنكُمُ ٱلشَّهْرَ فَلْيَصُمْهُ ۖ وَمَن كَانَ مَرِيضًا أَوْ عَلَىٰ سَفَرٍ فَعِدَّةٌ مِّنْ أَيَّامٍ أُخَرَ ۗ يُرِيدُ ٱللَّهُ بِكُمُ ٱلْيُسْرَ وَلَا يُرِيدُ بِكُمُ ٱلْعُسْرَ وَلِتُكْمِلُوا۟ ٱلْعِدَّةَ وَلِتُكَبِّرُوا۟ ٱللَّهَ عَلَىٰ مَا هَدَىٰكُمْ وَلَعَلَّكُمْ تَشْكُرُونَ
(Beberapa hari yang ditentukan itu ialah) bulan Ramadhan, bulan yang di dalamnya diturunkan (permulaan) Al Quran sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang hak dan yang bathil). Karena itu, barangsiapa di antara kamu hadir (di negeri tempat tinggalnya) di bulan itu, maka hendaklah ia berpuasa pada bulan itu, dan barangsiapa sakit atau dalam perjalanan (lalu ia berbuka), maka (wajiblah baginya berpuasa), sebanyak hari yang ditinggalkannya itu, pada hari-hari yang lain. Allah menghendaki kemudahan bagimu, dan tidak menghendaki kesukaran bagimu. Dan hendaklah kamu mencukupkan bilangannya dan hendaklah kamu mengagungkan Allah atas petunjuk-Nya yang diberikan kepadamu, supaya kamu bersyukur.
Dari sini kita bisa melihat bahwa alasan ‘capek’ yang sering digunakan untuk membatalkan puasa itu orang-orang yang merugi, bahkan bisa jadi melanggar syari’at.
Puasa Membuka Pintu Rizki dari Arah Tak Terduga
Penelitian yang dilakukan oleh Engebretson (2002) dalam The Journal of Alternative and Complementary Medicine menunjukkan bahwa puasa tidak hanya berdampak pada kesehatan fisik, tetapi juga meningkatkan kesejahteraan spiritual seseorang. Mereka yang berpuasa mengalami peningkatan kesadaran diri, pengendalian emosi yang lebih baik, serta kecenderungan untuk lebih peduli terhadap sesama.
Dalam Islam, perilaku baik adalah salah satu tanda dari ketakwaan. Ali bin Abi Thalib Ra. berkata: "Takwa adalah takut kepada Allah, beramal dengan wahyu-Nya, ridha dengan yang sedikit, dan mempersiapkan diri untuk hari kepergian." Sementara Umar bin Khattab Ra. menggambarkan takwa seperti seseorang yang berjalan di jalan penuh duri, dengan penuh kehati-hatian agar tidak terperosok dalam dosa.
Namun, takwa bukan hanya soal kepatuhan kepada Allah, tetapi juga memiliki dampak dalam kehidupan dunia dan akhirat. Dalam Qur’an surat At-Thalaq ayat 2-3, Allah Swt. berfirman:
ۚ وَمَن يَتَّقِ ٱللَّهَ يَجْعَل لَّهُۥ مَخْرَجًا…
… Barangsiapa bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan keluar.
وَيَرْزُقْهُ مِنْ حَيْثُ لَا يَحْتَسِبُ ۚ وَمَن يَتَوَكَّلْ عَلَى ٱللَّهِ فَهُوَ حَسْبُهُۥٓ ۚ إِنَّ ٱللَّهَ بَٰلِغُ أَمْرِهِۦ ۚ قَدْ جَعَلَ ٱللَّهُ لِكُلِّ شَىْءٍ قَدْرًا
Dan memberinya rezeki dari arah yang tiada disangka-sangkanya. Dan barangsiapa yang bertawakkal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)nya. Sesungguhnya Allah melaksanakan urusan yang (dikehendaki)Nya. Sesungguhnya Allah telah mengadakan ketentuan bagi tiap-tiap sesuatu.
Dalam Tafsir Ibnu Katsir, dijelaskan bahwa ‘rezeki yang tidak disangka-sangka’ bukan hanya dalam bentuk materi, tetapi juga kemudahan hidup, ketenangan hati, serta pertolongan Allah di saat-saat genting.
Seperti sang kakek tukang sol sepatu—rezekinya justru datang dalam kondisi tengah berpuasa. Bisa jadi, beliau tak menyangka akan bertemu dengan content creator dermawan. Rezeki tidak hanya tentang uang, tetapi juga tentang kemudahan, keberkahan, dan kebahagiaan dalam hati. Konsep ini sejalan dengan apa yang dijelaskan oleh Ustadz Adi Hidayat bahwa rizki itu sudah tertakar sesuai dengan kadar maslahat bagi setiap orang.
Salah satu cara utama untuk menumbuhkan takwa adalah dengan berpuasa. Pantaslah Allah Swt. mewajibkan puasa di bulan Ramadhan bagi setiap Muslim sebagai jalan untuk meraih ketakwaan. Dalam Qur’an, surat Al-Baqarah ayat 183, Allah Swt. berfirman
يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ كُتِبَ عَلَيْكُمُ ٱلصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى ٱلَّذِينَ مِن قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ
Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa,
Puasa bukan sekadar menahan lapar dan haus, tetapi juga melatih diri untuk menahan hawa nafsu, meningkatkan kepekaan sosial, dan mendekatkan diri kepada Allah atau bisa kita sebut dengan menjadi pribadi yang bertakwa. Oleh karena itu, pantaslah jika puasa menjadi salah satu ibadah yang Allah Swt. wajibkan di bulan Ramadhan sebagai jalan menuju kebahagiaan dunia dan akhirat.
Kisah kakek tukang sol sepatu mengajarkan kita banyak hal: tentang keteguhan hati, keikhlasan dalam beribadah, serta keyakinan bahwa rezeki datang dari Allah Swt. dalam berbagai bentuk. Maha benar Allah Swt. dan shalawat bagi Rasulullah Saw. yang menurunkan rahmat bagi kita semua berupa ajaran Islam, salah satunya syari’at untuk berpuasa atau shaum. Dengan melaksanakannya terbukalah jalan menuju kebersihan jiwa, kesabaran, dan ketakwaan. Semoga kita semua bisa mengambil hikmah dari kisah ini dan terus berusaha menjadi pribadi yang lebih baik. Aamiin.