Tertipu Karena Banyak Pengemis Kaya Raya: “Waspada Boleh, Kapok Jangan”
Wali Umat – Bagaimana perasaan Anda saat tahu ada sebagian dari pengemis ternyata punya mobil? Malah mungkin Anda pernah mendengar informasi pengemis yang rumahnya mewah. Jika Anda menemukan pengemis berkostum Boboiboi di pinggir jalan, masihkah Anda akan menolong mereka?
Soal pengemis yang kaya raya dari profesinya itu nyatanya bukan isapan jempol. Wong penghasilan mereka bisa berpuluh kali lipat dari UMR. Mengutip semarang.bisnis.com, penghasilan pengemis di sekitar Malioboro bisa dikatakan “fantastis”. Bagaimana tidak, satu pengemis bisa mendapat Rp 500 ribu hingga 2 juta dalam satu hari saja. Malah, salah satu pengemis yang diamankan satpol pp di sana, bisa mengantongi Rp 27 juta rupiah perpekannya.
Mendapati realita semacam itu, mungkin Anda kecewa pada mereka. Bagaimana tidak, uang yang Anda keluarkan sebenarnya bisa jadi Anda gunakan untuk bayar parkir berbaju ormas atau bisa Anda gunakan untuk membayar toilet saat Anda kebelet setelah ngantri di pom bensin. Apalagi kalau gaji Anda tak lebih dari UMR, rumah pun masih ngontrak, kendaraan masih kredit.
Agak nyesek rasanya ya.
Sebenarnya, wajar jika Anda kecewa, malah mungkin kapok memberi uang pada pengemis. Bahkan Anda mungkin merasa dikhianati. Ketika Anda berharap apa yang Anda korbankan dapat meringankan beban mereka, nyatanya Anda justru lebih layak menerima pemberian dari mereka. Namun, kecewa boleh, kapok jangan ya.
Kecewa Boleh, Kapok Jangan
Yang kami maksud kapok, adalah tidak lagi mau memberi atau berbagi dengan orang lain. Pasalnya, berbagi atau dalam istilah agama disebut dengan sedekah merupakan salah satu syariat yang dianjurkan, malah ada kadar yang diwajibkan, yakni zakat. Berbagi atau bersedekah merupakan salah satu sarana yang Allah Swt. berikan untuk mendekat pada-Nya, pun menjadi sarana untuk mendapatkan kebahagiaan di dunia dan akhirat. Dalam Qur’an, surat Al-Baqarah ayat 274, Allah Swt. berfirman,
اَلَّذِيۡنَ يُنۡفِقُوۡنَ اَمۡوَالَهُمۡ بِالَّيۡلِ وَالنَّهَارِ سِرًّا وَّعَلَانِيَةً فَلَهُمۡ اَجۡرُهُمۡ عِنۡدَ رَبِّهِمۡۚ وَلَا خَوۡفٌ عَلَيۡهِمۡ وَلَا هُمۡ يَحۡزَنُوۡنَ
Orang-orang yang menginfakkan hartanya malam dan siang hari (secara) sembunyi-sembunyi maupun terang-terangan, mereka mendapat pahala di sisi Tuhannya. Tidak ada rasa takut pada mereka dan mereka tidak bersedih hati.
Karena itu, setan selalu berupaya semaksimal mungkin membuat kita menjadi orang pelit. Strategi utamanya yakni, mengkampanyekan “sedekah bikin miskin”. Kita kudu waspada, lantaran kondisi saat yang ada saat ini merupakan kondisi ideal untuk masuknya kampanye setan. Dalam Qur’an, surat Al-Baqarah, ayat 268, Allah Swt. berfirman,
الشَّيْطَانُ يَعِدُكُمُ الْفَقْرَ وَيَأْمُرُكُمْ بِالْفَحْشَاءِ ۖ وَاللَّهُ يَعِدُكُمْ مَغْفِرَةً مِنْهُ وَفَضْلًا ۗ وَاللَّهُ وَاسِعٌ عَلِيمٌ
“Setan menjanjikan (menakut-nakuti) kamu dengan kemiskinan dan menyuruh kamu berbuat kejahatan (kikir) ; sedang Allah menjanjikan untukmu ampunan daripadaNya dan karunia. Dan Allah Mahaluas (karuniaNya) lagi Maha Mengetahui”
Foto salah satu pengemis yang dikabarkan siangnya mengemis dan memperoleh Rp 150.000 dan berada di sebuah tempat hiburan malam. (tangkapan layar video amatir oleh inews.id
Ingatlah, pada akhirnya, setiap pemberian yang kita berikan sejatinya merupakan transaksi kita dengan Allah Swt. Terlepas bagaimanapun penerimaan orang yang Anda berikan atau bagaimana ia membelanjakannya. Itu sudah bukan urusan kita.
Dalam hadits yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari (no.1421) dan Imam Muslim (No. 1022), Rasulullah Saw. bersabda,
قَالَ رَجُلٌ: لَأَتَصَدَّقَنَّ بِصَدَقَةٍ، فَخَرَجَ بِصَدَقَتِهِ، فَوَضَعَهَا فِي يَدِ سَارِقٍ، فَأَصْبَحُوا يَتَحَدَّثُونَ: تُصُدِّقَ عَلَى سَارِقٍ فَقَالَ: اللَّهُمَّ لَكَ الحَمْدُ، لَأَتَصَدَّقَنَّ بِصَدَقَةٍ، فَخَرَجَ بِصَدَقَتِهِ فَوَضَعَهَا فِي يَدَيْ زَانِيَةٍ، فَأَصْبَحُوا يَتَحَدَّثُونَ: تُصُدِّقَ اللَّيْلَةَ عَلَى زَانِيَةٍ، فَقَالَ: اللَّهُمَّ لَكَ الحَمْدُ، عَلَى زَانِيَةٍ؟ لَأَتَصَدَّقَنَّ بِصَدَقَةٍ، فَخَرَجَ بِصَدَقَتِهِ، فَوَضَعَهَا فِي يَدَيْ غَنِيٍّ، فَأَصْبَحُوا يَتَحَدَّثُونَ: تُصُدِّقَ عَلَى غَنِيٍّ، فَقَالَ: اللَّهُمَّ لَكَ الحَمْدُ، عَلَى سَارِقٍ وَعَلَى زَانِيَةٍ وَعَلَى غَنِيٍّ، فَأُتِيَ فَقِيلَ لَهُ: أَمَّا صَدَقَتُكَ عَلَى سَارِقٍ فَلَعَلَّهُ أَنْ يَسْتَعِفَّ عَنْ سَرِقَتِهِ، وَأَمَّا الزَّانِيَةُ فَلَعَلَّهَا أَنْ تَسْتَعِفَّ عَنْ زِنَاهَا، وَأَمَّا الغَنِيُّ فَلَعَلَّهُ يَعْتَبِرُ فَيُنْفِقُ مِمَّا أَعْطَاهُ اللهُ
Ada seorang laki-laki yang berkata, “Aku akan memberikan sebuah sedekah.” Setelah berkata demikian, ia pun pergi membawa sedekahnya. Namun ternyata sedekahnya jatuh di tangan seorang pencuri. Keesokan paginya, orang-orang ramai membicarakan, “Ada orang yang sedekah kepada pencuri.”
Pria itu berkata lagi, “Ya Allah, hanya milik Engkaulah segala kebaikan. Aku akan memberikan sebuah sedekah.” Ia pun pergi membawa sedekahnya. Namun ternyata sedekahnya jatuh di tangan seorang wanita pezina. Keesokan paginya, orang-orang kembali ramai membicarakan, “Tadi malam ada orang yang bersedekah kepada seorang pezina.” Pria itu berkata lagi, “Ya Allah, segala kebaikan hanya milik-Mu. Sedekahku jatuh kepada pezina. Tapi aku akan bersedekah lagi.”
Ia lantas pergi membawa sedekahnya. Namun, kali ini sedekahnya diterima oleh orang yang kaya. Keesokan paginya, orang-orang ramai membicarakan, “Ada orang kaya yang menerima sedekah.” Pria tersebut berkata, “Ya Allah, segala puji hanya milik-Mu. Sedekahku jatuh di tangan pencuri, pezina, dan orang yang kaya. Kemudian, ia bermimpi. Dalam mimpinya, ada yang datang dan disampaikan kepadanya, “Adapun sedekahmu kepada pencuri, mudah-mudahan menjauhkan dirinya dari kebiasaan mencurinya. Kemudian sedekahmu kepada pezina, mudah-mudahan menjauhkan dirinya dari kebiasaan zinanya. Sedangkan sedekahmu kepada orang kaya, mudah-mudahan ia mau mengambil pelajaran, kemudian ia jadi mau menginfakkan sebagian yang diberikan Allah kepadanya.”
Berdasarkan hadits tersebut, menjadi alasan pada kita, tugas kita adalah bersedekah, terlepas bagaimanapun profil sebenarnya dari orang yang kita beri. Selama niat kita ikhlas; semata-mata ingin mendapatkan kemuliaan atau balasan dari Allah Swt., dan caranya baik (tidak mengungkit dan merendahkan), ada peluang amal kita diterima oleh Allah Swt.
Langkah Waspada
Mungkin Anda masih saja berat bersedekah. Sebagai ikhtiar, Anda bisa menempuh dua langkah berikut. Setidaknya sebagai bentuk waspada dan melepas tanggung jawab kita; jangan sampai kita menjerumuskan saudara kita pada siksa Allah Swt. Pertama, bertanya. Kedua, menitipkan infak sedekah Anda pada lembaga zakat.
1. Tanya Dulu
Bayangkan Anda dalam perjalanan menuju Garut, eh di tengah perjalanan Anda ketemu dengan pengemis berkostum badut yang sedang jalan kaki. Pertanyaannya, apakah Anda akan berhenti dengan niat menolongnya? Tahukah Anda, penghasilan mereka bisa Rp 100 ribu perjam lho.
Kita bisa mencontoh seorang pemuda yang sedang mengendari mobil menuju Garut. Qadarullah, di tengah jalan dia bertemu “Upin”. Setelah ditanya, rupanya bapak di balik kostum Upin tersebut sudah “mengamen” seharian, dan baru mendapatkan penghasilan Rp 13 ribu rupiah dan dia hendak pulang ke Garut pada hari itu. Akhirnya, sang pemuda bermurah hati, mempersilahkannya untuk menumpangnya, tanpa bertanya lebih lanjut.
Idealnya, begitupun kita. Terlepas apakah sang pemuda tahu atau tidak soal maraknya pengemis yang kaya raya, namun caranya bisa menjadi acuan dalam berbuat baik. Yakni dengan bertanya bagaimana kondisinya,
2. Salurkan Melalui Lembaga
Langkah yang kita lakukan adalah dengan menitipkan niat baik kita melalui lembaga, terutama yang sudah tersertifikasi. Di negara kita, Baznas adalah lembaga yang mensertifikasi sebuah Lembaga Amil Zakat (LAZ), baik untuk menyalurkan zakat maupun infak-sedekah secara umum. Kemudian, untuk lembaga sosial, yang mengeluarkan izinnya adalah Kementrian Sosial (Kemensos).
Kepemilikan izin artinya lembaga yang bersangkutan dipantau dan diawasi oleh Baznas dan Kemensos. Lembaga tersebut wajib mempublikasikan perolehan maupun penyaluran dananya secara publik. Biasanya, Anda bisa mengaksesnya di website yang bersangkutan.
Banyaknya orang yang menjadikan mengemis, jangan sampai membuat kita “kapok” berbuat baik karena pada dasarnya, kita membutuhkannya sebagai bekal pulang ke sisi Allah Swt. Pun, setan sangat berhasrat menjadikan seseorang menjadi pelit. Karena itu, kapok jangan, waspada boleh. Waspadalah dengan bertanya pada orang yang bersangkutan atau dengan menitipkan kebaikan kita pada lembaga yang tersertifikasi.