Menyesap Semangat Hidup dari Mak Eroh; Lansia Penjual Lidi
Wali Umat – Hidupnya sebatang kara lantaran suami dan anaknya sudah meninggal. Rumahnya hanya gubuk reyot tanpa MCK (Mandi, Cuci,Kakus). Belum lagi, matanya (maaf) tak berfungsi dengan baik karena mengalami katarak. Namun, Mak Eroh tetap berjuang bertahan hidup dengan berjualan sapu lidi.
Mengutip postingan akun Instagram @sayaphati, Mak Eroh ditemui di sebuah desa. Beliau ditemui saat sedang menjajakan barang dagangannya, yakni sapu lidi. Saat itu, baru sebuah sapu lidi yang terjual. Itupun dengan harga dua ribu rupiah. Untuk menjajakan dagangannya, Mak Eroh harus berjalan berkilo-kilo meter jauhnya. Namun, Mak Eroh tidak berhenti.
Keterbatasan penglihatan tak mampu membendung semangatnya bertahan hidup, dan Mak Eroh pun tetap melangkahkan kakinya. Pun, ketika pulang, rumahnya jauh dari layak untuk disebut rumah lantaran hanya berupa gubuk yang sudah hampir ambruk. Karena taka da MCK, jika Mak Eroh hendak membuang hajat, terpaksa Emak gali lubang di belakang gubuknya.
Sebenarnya, Emak dapat bantuan dari pemerintah berupa BLT atau kadang menerima beras dari Masjid dan tetangganya. Namun, BLT kan tiga bulan sekali dengan jumlah Rp 900 ribu (Rp 300 ribu/ bulan).
Bila kita merasa berat dengan gaji UMR, bagaimana dengan Mak Eroh? Jika dengan gaji UMR, kita mengeluh, kemudian terjebak pinjol atau bahkan judol, maka sesaplah semangatnya Mak Eroh, yang tetap bersabar di tengah kondisi serba terbatas. Padahal, jika melihat kondisi Emak, bisa jadi kondisi kita jauh lebih baik. Namun, Mak Eroh nampaknya, punya semangat yang lebih melimpah di bandingkan kita.
Maka, marilah kita bersyukur pada Allah Swt. karena masih diberikan sejumlah rizki yang lebih layak. Caranya, dengan mengurangi sikap mudah menggerutu, terimalah apa yang Allah Swt. berikan saat ini sebagai yang terbaik buat kita. Jika dada terasa sempit karena saking beratnya, cobalah meminta tolong pada Allah Swt. lewat shalat.
Begitulah manusia, memang makhluk yang mudah mengeluh, mudah menyerah. Sebagaimana firman Allah Swt. dalam Qur’an, surat Al-Ma’arij ayat 19-22
۞ اِنَّ الْاِنْسَانَ خُلِقَ هَلُوْعًاۙ
Sesungguhnya, manusia diciptakan dengan sifat suka mengeluh.
اِذَا مَسَّهُ الشَّرُّ جَزُوْعًاۙ
Apabila ditimpa kesusahan, ia berkeluh kesah.
وَّاِذَا مَسَّهُ الْخَيْرُ مَنُوْعًاۙ
Apabila mendapat keluasan harta, ia menjadi kikir.
اِلَّا الْمُصَلِّيْنَۙ
Kecuali orang-orang yang melaksanakan salat,
Kemudian, jika urusan pribadi kita sudah terpenuhi; makan sudah kenyang, orang tua sudah kita santuni, atau keluarga sudah kita nafkahi, alangkah baiknya jika kita berbagi dengan orang yang seperti Mak Eroh. Semoga dengan begitu, Allah Swt. lapangkan hati kita, Allah Swt. berikan cahaya yang menghangatkan sehingga hidup terasa lebih nyaman, membuat kita terjauh dari sifat bakhil.
السَّخِيُّ قَرِيبٌ مِنْ اللَّهِ قَرِيبٌ مِنْ الْجَنَّةِ قَرِيبٌ مِنْ النَّاسِ بَعِيدٌ مِنْ النَّارِ وَالْبَخِيلُ بَعِيدٌ مِنْ اللَّهِ بَعِيدٌ مِنْ الْجَنَّةِ بَعِيدٌ مِنْ النَّاسِ قَرِيبٌ مِنْ النَّارِ وَلَجَاهِلٌ سَخِيٌّ أَحَبُّ إِلَى اللَّهِ عَزَّ وَجَلَّ مِنْ عَالِمٍ بَخِيلٍ
Orang yang pemurah dekat dengan Allah Subhanahu wa Ta’ala, dekat dengan manusia, dekat dengan surga, jauh dari neraka, dan orang yang kikir/pelit jauh dari Allah Subhanahu wa Ta’ala, jauh dari manusia, jauh dari surga, dan dekat dengan neraka. Orang jahil yang pemurah lebih dicintai Allah Subhanahu wa Ta’ala dari pada ‘abid (ahli ibadah) yang pelit. (HR. Tirmizi)
Islam dan Lansia
Rasulullah Saw. bersabda:
أَمَرَنِي جِبْرِيلُ أَنْ أُقَدِّمَ الأَكَابِرَ
“Jibril memerintahkan aku untuk mengutamakan orang-orang tua” (HR. Abu Bakr Asy Syafi’i)
Dalam hal memelihara lansia, sebabarnya amanahnya tertanggung di pundak anak muda. Dalam hal ini, kita melihat konsep kesinambungan dalam lingkup lingkungan sosial kemasyarakatan. Karena itu, Rasulullah Saw. mendorong kaum muda untuk memuliakan orang tua. Sebagaimana hadits yang diriwayatkan oleh At-Tirmizi,
عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَا أَكْرَمَ شَابٌّ شَيْخًا لِسِنِّهِ إِلَّا قَيَّضَ اللَّهُ لَهُ مَنْيُكْرِمُهُ عِنْدَ سِنِّهِ
“Dari Anas bin Malik ia berkata: Rasulullah Saw. bersabda: “Tidaklah seorang pemuda menghormati orang yang tua karena umurnya melainkan Allah akan menjadikan untuknya orang yang menghormatinya karena umurnya (di masa tuanya).” (HR: Imam Tirmidzi)
Hadis tersebut menjadi rumus, kalau kita ingin Allah Swt. muliakan di hari tua kita, hendaknya kita memuliakan orang tua selagi kita masih muda. Bahkan, dalam hadis lain, Rasulullah Saw. menggunakan kalimat yang lebih tegas bagi mereka yang tidak menghormati orang yang lebih tua, sebanding dengan menyayangi orang yang lebih muda.
عن ابن عباس – رضي الله عنها – عن رسول الله قال: «ليس منَّا من لم يوقِّر الكبير, ويرحم الصغير, ويأمر بالمعروف وينهى عن المنكر». [رواه أحمد والترمذي وابن حبان في صحيحه].
“Dari Ibnu Abbas semoga Allah meridhai keduanya, dari Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa sallam, beliau berkata: “Bukan termasuk dari kami (1) orang yang tidak menghormati yang lebih tua(2), dan tidak menyayangi yang lebih kecil (3), serta orang yang tidak memerintah pada kebaikan dan mencegah perbuatan munkar.” (HR: Ahmad, at-Tirmidzi, dan Ibnu Hibban)
Tahukah Anda, jika di luar sana, banyak orang yang bergelimang harta, berada di puncak ketenaran, namun hidupnya hampa? Mereka kehilangan arti kehadirannya di dunia. Itu membuktikan, jika bukan “kepemilikan” yang menjadikan hidup kita bernilai, melainkan ketika apa yang kita miliki dapat menunjang apa yang menjadi tujuan hidup kita. Karena itu, Mak Eroh meski dengan keterbatasannya, tidak sampai berputus asa. Begitulah selayaknya seorang muslim. Maka, jika Anda Allah Swt. lebihkan sedikit dalam aspek harga, ilmu, maupun keterampilan, Anda bisa menjaga arti hidup dengan membaginya dengan orang lain, salah satunya dengan orang tua di sekitar kita.