Kisah Tantri Kotak dan Suami, Berhaji Mengingatkan Akan Arti Pasrah dan Pertolongan Allah
Pergi berhaji dengan program Haji Furoda yang dilaksanakan oleh vokalis band Kotak, Tantri bersama suaminya, Arda Naff, tidak membuatnya berjalan dengan mudah dan tanpa perjuangan. Haji Furoda sejatinya adalah program haji yang menggunakan visa undangan khusus, di luar kuota resmi, yang diatur oleh pemerintah Arab Saudi. Dengan biaya yang lebih mahal daripada program Haji Reguler dan Haji Khusus, fasilitas yang diberikan pun lebih baik, baik dalam hal akomodasi, transportasi, maupun pelayanan untuk beribadah haji.
Ilustrasi suasana di Mina. Foto: haji.kemenag.go.id
Dalam perjalanannya, Tantri dan suaminya menemukan banyak nilai perjuangan, kesulitan dan kemudahan tak terduga dari Allah yang menjadikan perjalanan hajinya sangat bermakna.
Dikutip dari unggahan akun Instagram milik Tantri yang bernama @tantrisyalindri dan kanal Youtube STARPRO Indonesia , Tantri dan Arda menceritakan pengalaman berhajinya sebagai ibadah yang sangat bermakna.
Ibadah Haji adalah Ibadah Fisik
Berhaji adalah ibadah fisik dan spiritual dengan aktivitas yang jauh berbeda dengan kegiatan sehari-hari. Rukun Haji mewajibkan para jamaahnya untuk melaksanakan niat (ihram), wukuf di Arafah, Thawaf Ifadhah, Sa’I, Tahallul, dan Tertib. Kemudian ada pula ibadah niat ihram dari miqat, menginap di Muzdalifah, menginap di Mina, Tawaf Wada, dan melempar jumroh. Rangkaian ibadah tersebut menguras fisik dengan berkumpul bersama jutaan manusia, berjalan kaki sampai puluhan kilometer di bawah cuaca panas yang sangat ekstrim.
Dengan fasilitas dari program Haji Furoda, rupanya Tantri dan Arda mengalami kondisi yang di luar dari ekspektasi. Tantri bercerita dalam unggahan Instagramnya, Ketika turun dari bus di Mina, bus tidak diperkenankan berhenti di depan tenda mereka karena sudah ditutup untuk persiapan lempar jumroh aqabah, sehingga rombongan harus berjalan kaki. Tantri berpikir bahwa jarak menuju tenda dekat, sehingga tidak perlu berjalan kaki jauh. Rupanya, karena jalan ditutup, harus mengikuti arahan polisi dan jamaah berjalan kaki dengan jarak yang tidak bisa diperkirakan.
Dengan aktivitas rangkaian ibadah yang menguras tenaga, Tantri dan suami kelelahan serta fisik suaminya melemah. Tantri menceritakan bahwa dirinya yang masih muda saja merasa sangat kelelahan, apalagi lansia yang fisiknya sudah tidak prima lagi. Di situlah Tantri menyarankan suaminya untuk membantu seorang lansia yang sedang menjalani perawatan cuci darah, dengan mendorong kursi rodanya. Tantri berkata pada suaminya bahwa tiap langkah saat mereka diuji adalah penggugur dosa, dan itulah waktu yang mustajab untuk berdoa.
Dalam wawancara pada channel Youtube STARPRO Indonesia, Tantri dan Arda bersyukur ada orang baik yang bersedia bergantian untuk mendorong kursi roda lansia tersebut ketika Arda sudah sangat kelelahan.
Tantri menuliskan dalam unggahan Instagramnya, "Ternyata kami manusia, masih belum ada kejelasan masih berapa KM lagi kami harus menjangkau tendanya. Alhamdulillah salah satu jamaah yang seusia dengan kami menawarkan diri untuk bergantian mendorong. Dunia ini banyak orang baik"
Indahnya Pasrah untuk Taat Kepada Allah
Foto: Instagram @ Tantrisyalindiri
Tantri bercerita bahwa ia memutuskan untuk segera melaksanakan tawaf ifadah terlebih dahulu karena khawatir ia akan datang bulan dalam waktu dekat. Tantri menuliskan bahwa jika bertolak dari Mina ke Mekah, mereka menempuh jarak 7 KM dan jika bolak balik berarti jaraknya 14 KM. Itu pun hanya bisa dengan berjalan kaki karena bus tidak bisa sembarangan masuk. Kalaupun ada, biaya sangat mahal. Ia dan suami memutuskan untuk berangkat meskipun ada peringatan cuaca panas ekstrem yaitu setinggi 51 derajat. Tantri hanya ingin menyelesaikan rukun haji sebelum datang bulan, dan berjalan tanpa memikirkan berapa jaraknya. Kuasa Allah, saat berjalan kaki, Tantri dan Arda mendapatkan bus menuju Masjidil Haram dengan ongkos yang terjangkau. Ketika di Masjidil Haram pun, Allah mengirimkan hujan, di saat cuaca yang sangat panas.
Tantri dan Arda merasakan pertolongan Allah datang dengan begitu indah. Takbir menggema di Masjidil Haram, jamaah haji yang berada di sana mengumandangkan rasa syukurnya atas turunnya hujan.
Dalam unggahannya pun ia melukiskan indahnya perjalanan haji dengan sulitnya mendapatkan air putih. Dalam rangkaian ibadah haji, air putih terasa sangat nikmat karena untuk mendapatkannya harus antri berdesak-desakan. Jika pada kehidupan sehari-hari, minum air adalah hal biasa, kala itu air putih menjadi sangat istimewa.
Ketika harus berjalan kembali ke titik di Mina pun, Arda dan Tantri menemukan hambatan. Arda bercerita bahwa ia terdesak untuk pergi buang air besar ke kamar mandi, sehingga harus menepi mencari toilet terdekat di tenda orang lain, tanpa membawa ponsel. Tantri yang menunggu di pinggir pun gemetaran karena takut terpisah. Syukurlah mereka bisa bertemu kembali.
Hubungan Baik dengan Manusia
Dokumentasi Haji Tantri dan Arda (Foto: Instagram @ Tantrisyalindri )
Tantri dan Arda merasakan ujian dan indahnya hubungan antar manusia dalam perjalanan haji ini yang melibatkan jutaan manusia berkumpul menjadi satu. Arda bercerita ketika antri di toilet, seseorang mempersilakan Arda untuk masuk toilet terlebih dahulu karena sudah sangat mendesak, di saat orang-orang lain tidak mau mempersilakannya.
Dalam momen perjalanan pun, Arda menceritakan bahwa setiap orang punya amalan tersendiri. Ia berusaha berbuat baik kepada orang lain dengan membantu memfoto orang-orang yang ingin mengabadikan momen hajinya sebagai kenang-kenangan yang berharga. Menurut Arda, ia sendiri akan kerepotan jika ingin berfoto sehingga ia berinisiatif untuk membantu mem-fotokan orang lain. Seperti itulah cara ia beramal dengan hal kecil yang ia bisa.
Hubungan baik pun dialami oleh Tantri yang sedang kelelahan. Tantri bercerita bahwa saat ia ingin ada yang memijatnya pun, dipertemukan oleh Allah dengan nenek-nenek yang pandai memijat. Dengan sukarela, nenek tersebut memijat para jamaah yang kelelahan. Tantri merasa bersyukur dengan pertolongan dari Allah tersebut.
Tantri pun mengatakan bahwa jamaah lansia yang dibantu dorong kursi rodanya oleh Arda, meninggal dunia setelah rukun haji terlaksana. Tantri akan merasa berdosa besar jika mereka tidak membantunya ketika sedang berjalan kaki di bawah terik matahari yang sangat panas.
Renungan Berhaji
Tantri menuliskan dalam unggahan instagramnya, haji adalah perjalanan. Butuh kerelaan dan kesabaran dalam melalui ujian yang Allah berikan, sebesar apapun fasilitas haji yang dibayarkan. Jika berhasil melalui ujian, Allah akan naikkan derajat hamba-Nya. Tantri yakin bahwa dalam setiap ujian, pasti ada pertolongan dari Allah. Untuk berhaji, ke Armuzna (Arafah, Muzdalifah dan Mina), yang harus dipersiapkan adalah niat dan mental. Jika sudah punya niat dan mental, apapun yang Allah berikan akan terasa indah dan disyukuri.