Kisah Sedekah Sepotong Roti yang Mengantarkan Masuk Surga
Hafizh Abu Nu’aim meriwayatkan, disampaikan oleh Ibnu Rajab Al-Hambali dan Ibnu Qudamah Al-Maqdisi dari Abu Dardah. Cerita bermula dari Abu Musa Al-Asy’ari yang sedang menemui ajalnya, kemudian menceritakan sebuah kisah bermakna kepada anaknya yang sedang mendampingi.
Abu Musa bercerita di penghujung hidupnya, ada seorang ahli ibadah yang selama 70 tahun beribadah kepada Allah dengan taatnya. Namun suatu ketika, seorang hamba Allah tersebut mendapatkan godaan wanita yang sangat cantik, sehingga dirinya tercebur ke dalam dosa. Selama tujuh hari tujuh malam, hamba Allah yang terbiasa taat kepada Allah selama 70 tahun, melakukan zina bersama wanita selama 7 hari 7 malam.
Setelah berbuat zina, sang ahli ibadah menyadari perbuatan dosa tesebut, dan ia bertobat nasuha kepada Allah dan beistighfar. Tak hanya sampai di situ, dalam proses taubatnya, ia memutuskan untuk melakukan perjalanan, berhijrah ke luar dari tempat tinggalnya untuk mencari tempat supaya ia terhindar dari fitnah-fitnah perempuan ataupun fitnah zina.
Dalam perjalanannya, ia beristirahat di tempat penginapan untuk para musafir yang beristirahat. Di tempat penginapan itu, ia menginap bersama 12 orang pengemis. Biasanya, di tempat tersebut, ada seorang dermawan yang memberikan makanan kepada para pengemis. Tak terkecuali, pada malam di mana ahli ibadah itu menginap, ada yang membagikan roti untuk para pengemis di sana. Sang ahli ibadah tersebut juga mendapatkan bagian satu potong roti.
Namun sayangnya, ada satu orang miskin yang tidak mendapatkan jatah sepotong roti. Karena ia tidak tega melihat orang miskin tersebut kelaparan, meski dia sendiri juga sedang lapar, ia memberikan roti itu. Keesokan harinya, ahli ibadah tersebut meninggal dunia karena kedinginan dan kelaparan.
Para malaikat pun menimbang amalan laki-laki ahli ibadah tersebut. Selama hidup, ibadahnya sudah habis untuk membayar dosa-dosa besar yang ia lakukan selama 7 hari bersama perempuan, termasuk berzina dan minum khamr. Orang ini sudah tidak punya amalan kebaikan tersisa karena dosanya, kecuali satu saja, yaitu memberikan roti kepada orang yang miskin kelaparan. Amalan itulah yang membuat Allah ridha, dan jadikan ia sebagai ahli surga.
Berhati-hati dari Perbuatan Dosa
Dari cerita ini, bisa kita renungkan bahwa amalan selama 70 tahun bisa terhapus oleh dosa-dosa besar. Maka, berhati-hatilah dengan dosa, sebanyak apapun amalan yang pernah dilakukan sepanjang hidup, karena kita tidak pernah tahu di titik mana umur kita akan berakhir. Ahli ibadah yang sepanjang harinya beribadah saja bisa terjerumus, apalagi kita yang amalannya mungkin belum seberapa. Semoga Allah selalu melindungi kita dari perbuatan dosa.
Bersungguh-sungguh Taubat Setelah Berbuat Dosa
Kita bisa melihat, betapa sungguh-sungguhnya ahli ibadah tersebut dalam bertaubat. Ia ucapkan istighfar terus menerus, dan bertaubat nasuha. Dalam proses bertaubat pun, tak segan-segan ia meninggalkan tempat tinggalnya, dan berhijrah, melaksanakan perjalanan untuk mencari tempat yang lebih baik, tempat di mana ia bisa terlindung dari fitnah kemaksiatan.
Jangan Remehkan Kebaikan Meskipun Kecil
Kita bisa belajar dari ketulusan Sang Ahli Ibadah yang sudah bertaubat kepada Allah. Hatinya begitu lembut untuk memberikan sepotong roti kepada orang miskin yang tidak kebagian, meski dirinya sendiri juga sudah sangat lapar. Bahkan karena lapar itulah, ia meninggal dunia. Pemberian yang terlihat kecil, jika kita hanya melihat ukuran sepotong rotinya. Namun, ada pengorbanan besar untuk merelakan roti tersebut,di tengah kondisi lelah dan laparnya, bersafar untuk bertaubat.
Sedekah pun dalam QS Al-Baqarah ayat 261 bernilai sangat tinggi.
“Perumpamaan (nafkah yang dikeluarkan oleh) orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah adalah serupa dengan sebutir benih yang menumbuhkan tujuh bulir, pada tiap-tiap bulir seratus biji. Allah melipat gandakan (ganjaran) bagi siapa yang Dia kehendaki. Dan Allah Maha Luas (karunia-Nya) lagi Maha Mengetahui,"
Semoga dari cerita sedekah sepotong roti ini bisa memberikan hikmah kepada kita, mengenai ketulusan dalam bertaubat dan beribadah kepada Allah. Amalan tidak dinilai dari besarnya, namun dari kehadiran hati kita untuk memohon ridha dari Allah SWT. Jadi, janganlah ragu untuk beramal. Mari maksimalkan ibadah dan kebaikan-kebaikan kita di bulan mulia Ramadhan ini, termasuk bersedekah kepada yang membutuhkan.
Semoga kita termasuk dalam golongan yang Allah ridhai untuk masuk ke dalam Surga-Nya.
Wallahu a’lam bishawab.
Sumber: Ceramah Ustadz Hanan Attaki, bwi.go.id, ummu-hafizh.blogspot.com