Definisi Yakin Atas Jaminan Rezeki
Wali Umat – Di dunia ini, setidaknya ada tiga tipe orang tua dalam menyikapi kehadiran anak dalam rumah tangga. Ada yang abai sama sekali sehingga menyia-nyiakannya. Ada juga yang saking sayangnya, sampai-sampai termakan oleh kekhwatirannya. Namun, ada juga yang menerimanya sebagai amanah dari Allah Swt. sehingga rasa sayangnya tak sampai melumatnya, di sisi lain, ia sadar akan melepasnya suatu saat nanti.
Tentu masih banyak tipe-tipe orang tua dalam menyikapi kehadiran anak di tengah kehidupan mereka. Tergantung, latar belakang kondisi setiap orang tua, budaya, maupun keyakinannya. Namun, dalam hal ini, kami membatasi pada orang tua yang memang secara kondisi ekonomi sedang lemah, kemudian Allah Swt. hadirkan anak di tengah pernikahan mereka.
Di berita, kita dapat menemukan banyak berita, di mana orang tua membunuh anaknya. Motifnya, rata-rata, “khawatir dengan nasib anaknya di masa depan” mengingat kondisi perekonomian yang terasa sulit pada hari ini. Salah satu kisah yang cukup menarik perhatian publik ialah kisah usaha pembunuhan ibu di Brebes Jawa Tengah. Seorang Ibu berusia 35 tahun, menggorok ketiga anaknya, A (4,5 tahun), ARK (7 tahun), dan S (10 tahun) dengan senjata tajam) pada dua tahun lalu,
Akibat perbuatan tersebut, nyawa anak kedua yang bernama ARK (7 tahun) tak tertolong. Sedangkan kedua anak lainnya, Alhamdulillah, masih bisa terselamatkan. Beberapa waktu kemudian, kedua anak itu membaik setelah dilakukan perawatan pada keduanya di RSUP Prof. Margono Purwokerto. Pertanyaannya, “kok tega, seorang ibu sampai melakukan percobaan pembunuhan pada anaknya?”, “apakah sang ibu tidak sayang pada anaknya?”
Namun, jika kita perhatikan keterangan yang diungkapkan sang ibu, justru sang ibu melakukannya karena sayang. Hanya, saking sayangnya, ia tak ingin anak-anaknya merasakan penderitaan di masa depannya. Agar hal itu tidak terjadi, sang ibu kepikiran, “lebih baik anak-anaknya mati saat ini, supaya mereka tidak merasakan penderitaan kelak”.
Di sisi lain, ada juga orang tua sama-sama tidak berkecukupan. Kemudian, karena merasa anaknya menjadi beban perekonomian bagi keluarga, mereka membuangnya di sisi jalan, ada juga yang kemudian membunuh anaknya, yang dilanjutkan dengan membunuh dirinya sendiri.
Menanggapi kasus-kasus tersebut, tentu kita tidak boleh menyalahkan begitu saja sikap para orang tua. Bagaimanapun, kita tidak tahu sedalam apa perasaan para orang tua itu, sampai-sampai melakukan perilaku di luar fitrahnya. Fitrahnya, selaku orang tua, memiliki rasa sayang pada anak-anaknya dan sebagai bentuk kasih sayang, hendaknya orang tua justru melindungi anak-anaknya dari yang membahayakan nyawanya.
Ibarat pribahasa, “sebuas-buasnya induk macan, ia takkan sampai memakan anaknya sendiri.”
Di tengah hingar bingar perbincangan soal kebingungan para orang tua menyikapi kehadiran anak di tengah kehidupannya, siapa sangka, kita dapat menemukan sejumput embun. Orang tua, yang bukan hanya kekurangan secara materi, namun juga harus mengurus anak yang berkebutuhan khusus.
Ekonomi Kekurangan, Namun Tetap Bertahan
Dalam sebuah postingan, terlihat seorang Ibu yang menenteng sepedanya dengan membawa sapu lidi di bagian depan. Yang luar biasanya, di sadel belakang, turut serta seorang remaja berkebutuhan khusus. Ibu itu bernama Mak Ihat, sedangkan tumpukan sapu lidi yang ia bawa merupakan barang dagangannya. Sedangkan yang duduk di sadel belakang merupakan anak keduanya. Kondisi tersebut kian terasa menyesakkan dada lantaran suami Mak Ihat baru saja meninggal dunia beberapa bulan sejak video ini dibuat dan disebarkan oleh pembuatnya.
Ilustrasi anak disailitas. UNICEF/UNI358816/Ijazah
Kalau lihat kondisi anak-anaknya, wajar seandainya yang menjadi orang tua punya kekhawatiran lebih soal masa depannya. Apalagi dengan kondisi perekonomian keluarga yang kekurangan. Rumahnya gubuk, penghasilannya pun tak menentu. Namun, Mak Ihat tak patah arang, tetap merawat dan membesarkan anak-anaknya sepenuh hati, layaknya seorang ibu. Anak pertamanya, berhasil tumbuh dewasa. Dengan kekurangannya, anak sulung Mak Ihat bahkan membantu pemenuhan kebutuhan keluarganya dengan mencarikan pakan untuk ternak tetangga-tetangganya.
Mak Ihat adalah “ayat-ayat Allah Swt.” dalam bentuk nyata. Ia menjadi penerang di tengah menyilaukannya dunia dengan gemilap materialismenya. Sewajarnya, selaku orang tua, pasti menyayangi dan berhasrat untuk melindungi anak-anaknya, membesarkannya, meski dengan kemampuan seadanya. Hanya, barangkali, standar kepemilikan materi yang berkembang kian pesat, menimbulkan “rasa haus” berlebih pada diri-diri yang hidup di zaman ini. Akibatnya, membuat mereka yang tak mampu memenuhi rasa hausnya merasa tercekat hingga sulit untuk “bernapas” lega.
Mak Ihat adalah definisi keyakinan pada Allah Swt. bahwa rezeki setiap insan itu dijamin oleh Allah Swt. Jangankan manusia yang Allah Swt. muliakan kedudukannya, bahkan binatang melatapun Allah Swt. jamin rezekinya. Setiap insan telah Allah Swt. tetapkan kadar rezekinya, mulai dari ia lahir hingga berakhir masa hidupnya di dunia dan berakhir kehidupan seseorang sebelum setiap suap rezekinya telah terpenuhi. Dalam Qur’an, surat Al-An’am ayat 151, Allah Swt. berfirman,
۞ قُلْ تَعَالَوْا اَتْلُ مَا حَرَّمَ رَبُّكُمْ عَلَيْكُمْ اَلَّا تُشْرِكُوْا بِهٖ شَيْـًٔا وَّبِالْوَالِدَيْنِ اِحْسَانًاۚ وَلَا تَقْتُلُوْٓا اَوْلَادَكُمْ مِّنْ اِمْلَاقٍۗ نَحْنُ نَرْزُقُكُمْ وَاِيَّاهُمْ ۚوَلَا تَقْرَبُوا الْفَوَاحِشَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَۚ وَلَا تَقْتُلُوا النَّفْسَ الَّتِيْ حَرَّمَ اللّٰهُ اِلَّا بِالْحَقِّۗ ذٰلِكُمْ وَصّٰىكُمْ بِهٖ لَعَلَّكُمْ تَعْقِلُوْنَ
Katakan (Muhammad), “Marilah aku bacakan apa yang diharamkan Tuhan kepadamu. Jangan mempersekutukan-Nya dengan apa pun, hendaklah berbuat baik kepada ibu bapak, dan janganlah membunuh anak-anakmu karena takut miskin. Kami-lah yang memberi rezeki kepadamu dan kepada mereka. Janganlah kamu mendekati perbuatan keji, baik yang terlihat maupun tersembunyi. Janganlah kamu membunuh orang yang diharamkan Allah, kecuali dengan alasan yang benar. Demikianlah Allah memerintahkan kepadamu agar kamu mengerti.
Pada salah satu penggalan ayat tersebut, kita dapat menemukan larangan yang jelas agar orang tua jangan sampai membunuh anak-anaknya lantaran takut miskin, baik di masa kini, maupun di masa yang mendatang sebagaiman tertuang dalam surat Al-Isra ayat 31, Allah Swt. berfirman,
وَلا تَقْتُلُوا أَوْلادَكُمْ خَشْيَةَ إِمْلاقٍ
Dan janganlah kalian membunuh anak-anak kalian karena takut kemiskinan.
Kemudian, pada penggalan berikutnya, Allah Swt. menegaskan bahwa Allah Swt. menjamin rezeki setiap anak. ”Dengan kata lain”, kata Ibnu Katsir, “janganlah kalian takut jatuh miskin karena memberi anak-anak makan; sesungguhnya rezeki mereka ditanggung oleh Allah Swt.”
Bahkan, dalam hadits lain, disebutkan bahwa membunuh anak lantaran takut mengakibatkan kemiskinan merupakan salah satu dosa besar. Disebutkan di dalam kitab Sahihain:
مِنْ حديث عَبْدِ اللَّهِ ابْنِ مَسْعُودٍ، رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ، قُلْتُ: يَا رَسُولَ اللَّهِ، أَيُّ الذَّنْبِ أَعْظَمُ؟ قَالَ: "أَنْ تَجْعَلَ لله ندا وهو خلَقَكَ". قُلْتُ: ثُمَّ أَيُّ؟ قَالَ: "أَنْ تَقْتُلَ وَلَدَكَ خَشْيَةَ أَنْ يَطْعَم مَعَكَ". قُلْتُ: ثُمَّ أَيُّ؟ قال: "أن تُزَاني حَلِيلَةَ جَارِكَ". ثُمَّ تَلَا رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: {وَالَّذِينَ لَا يَدْعُونَ مَعَ اللَّهِ إِلَهًا آخَرَ وَلا يَقْتُلُونَ النَّفْسَ الَّتِي حَرَّمَ اللَّهُ إِلا بِالْحَقِّ وَلا يَزْنُونَ}
melalui hadis Abdullah ibnu Mas'ud r.a., bahwa Abdullah Ibnu Mas'ud pernah bertanya kepada Rasulullah Saw., "Dosa apakah yang paling besar?" Rasulullah Saw. bersabda, "Bila kamu menjadikan tandingan bagi Allah, padahal Dialah Yang menciptakan kamu." Ibnu Mas'ud bertanya, "Kemudian apa lagi?" Rasul Saw. menjawab, "Bila kamu membunuh anakmu karena takut si anak ikut makan bersamamu." Ibnu Mas'ud bertanya lagi, "Kemudian dosa apa lagi?" Rasul Saw. menjawab, "Bila kamu menzinai istri tetanggamu."Kemudian Rasulullah Saw. membacakan ayat berikut, yaitu firman-Nya: Dan orang-orang yang tidak menyembah tuhan yang lain beserta Allah dan tidak membunuh jiwa yang diharamkan Allah (membunuhnya) kecuali dengan (alasan) yang benar, dan tidak berzina. (Al-Furqan: 68), hingga akhir ayat. (Muttafaqun ‘Alaih)
Mak Ihat bisa jadi tak hafal dengan ayat ini, namun ia adalah salah satu wujud dari bagaimana cara mengamalkan ayat ini. Meski dengan keterbatasan, ia tetap menjalankan amanahnya sebagai orang tua. Meski keterbatasan membelenggunya, meski kondisi anak-anaknya “tidak normal”. Namun, beliau tetap bertahan dan kaya dengan harapan.
Wali Umat hadir untuk menyuarakan pada kita semua, para pejuang kehidupan. Mereka orang-orang yang bertahan hidup meski kondisinya mungkin jauh di bawah kita, baik secara kemampuan fisik, maupun pengetahuan, namun mereka bertahan. Bertahan hidup, bertahan menjauhi yang haram, dan tidak menghinakan diri.