Bapak Ini Ganti Scrolling Dengan Baca Qur’an
Wali Umat – Sembari menunggu pelanggannya, seorang bapak penjual susu kedelai nampak khusyu membaca Al-Qur’an. Di tengah hiruk pikuk dunia yang kian memikat melalui media sosial-nya, melihat orang yang mengisi waktu luangnya dengan membaca Al-Qur’an, ibarat oase. Ketika menghindari scrolling di waktu luang nampak begitu sulit, rupanya ada kok yang bisa.
“Daripada nganggur, baca-baca Al-Qur’an, saya usahakan one day one juz,” ucap bapak penjual susu kedelai, Abdul Ghoni Sugianto dengan ringannya saat ditanya pembuat video.
Di balik realita banyaknya orang yang mengisi waktu luangnya dengan scrolling media sosial, bapak ini ibarat “distraction” yang menyejukkan jiwa. Parahnya, sebagian orang bahkan scrolling bahkan bukan hanya mengisi waktu luang, tapi juga di waktu-waktu utama. Mulai dari baru bangun tidur hingga di sela-sela waktu kerja. Akibatnya, pagi-pagi sudah overdosis informasi, kemudian produktivitas kerja bisa menurun.
Tahukah Anda, 81% pengguna ponsel pintar di Indonesia mengakses media sosial setiap harinya. Kemudian, dari tujuh jam internetan setiap harinya, rata-rata durasi scrolling-nya bisa sampai 3 jam 14 menit perhari. Artinya, hampir sepertiga waktu dalam sehari warga Indonesia berada di dunia maya dan 3 jam di antaranya digunakan untuk bermedia sosial. Sebagai perbandingan, untuk menamatkan satu juz Al-Qur’an, menganggarkan sepertiganya atau satu jam saja.
Benar, lewat media sosial, kita bisa memperoleh informasi dan juga kita bisa memperoleh hiburan. Namun, selain konten, yang juga menjadi perhatian adalah karakteristik jenis konten dan cara konsumsinya. Banyak studi menunjukkan, konsumsi video pendek berlebihan berdampak negatif pada kesehatan mental, terlepas apapun isi videonya. Menurut Telematics Information, video pendek merupakan video dengan durasi kurang dari 15 menit, biasanya 1-5 menit.
Durasi yang pendek, konten yang sesuai preferensi, ditambah rimen yang cepat disinyalir menjadi pemicu orang cenderung terus-terusan menonton, bahkan bisa menimbulkan dampak adiktif atau kecanduan. Kecanduan adalah kondisi di mana orang kesulitan mengendalikan diri saat melakukan, mengonsumsi, atau mengambil sesuatu meski hal tersebut dapat membahayakan. Pada akhirnya, kecanduan dapat memengaruhi kesehatan jiwa hingga mengakibatkan perubahan fungsi otak hingga perubahan perilaku,
Salah satu perubahan fungsi otak dan perubahan perilaku yang belakangan sudah terungkap ialah turunnya kemampuan untuk fokus. Studi menjelaskan, karena seseorang sudah terbiasa dengan video pendek, akibatnya seseorang jadi kesulitan melakukan kegiatan dalam durasi yang lama. Kegiatan yang dimaksud hampir berlaku umum. Mulai dari kegiatan menonton film atau video yang panjang, terutama konten pendidikan atau kelas, pun dalam pekerjaan. Lebih lanjut, gejalanya terlihat pada perilaku orang dalam mengendalikan diri. Orang jadi cenderung impulsif dan emosian.
Untuk mengatasi gejala-gejala tersebut, ragam upaya pun dikembangkan. Di antaranya dengan melakukan “puasa medsos” atau “detox digital”, yakni menahan diri tidak berinteraksi dengan media sosial, bahkan kegiatan digital, apakah dalam waktu terbatas hingga mengganti ponsel dengan “dumb ponsel” atau ponsel “bodoh”. Ada juga yang menganggarkan waktu-waktu khusus dengan kegiatan yang dianggap lebih bermakna dalam satu komunitas atau klub dengan meninggalkan ponsel sama sekali. Misal, klub membaca buku dengan larangan membawa ponsel.
Menggantinya Dengan Membaca Al-Qur’an
Pada dasarnya, menghibur diri di sela aktifitas, salah satunya dengan scrolling, tidak mengapa kita lakukan. Bagaimanapun juga, kita ini manusia, yang ada masanya lelah dan lapar sebab keterbatasan yang melekat sebagai salah satu karakter manusia. Baik jasad maupun jiwa, ada lelahnya. Jika kita terlalu memaksakan jiwa terlalu lelah, bisa-bisa jiwa melemah dan akhirnya mudah terjangkiti penyakit. Hanya, layaknya tubuh yang membutuhkan santapan bergizi untuk bisa makin kuat, begitupun jiwa.
Hiburan di medsos, menstimuli keluarnya hormon-hormon. Konten hiburan, biasanya memicu hormon endorfin; hormon yang juga diproduksi tubuh manakala kita mengonsumsi makanan manis. Hanya, jika berlebihan bisa mengganggu keseimbangan kinerja otak kita yang kemudian berdampak pada berkurangnya daya konsentrasi dan fokus kita. Pada akhirnya, bisa mengganggu produktifitas sehari-hari kita.
Ilustrasi Scrolling Qur'an. Sumber: pasundanekspres.id/(Dok Tafsir Al-Quran)
Oleh karena itu, penting bagi kita untuk memilih “asupan” yang baik-baik untuk jiwa kita. Bisa dengan membaca buku, bisa dengan mendengarkan ceramah, bisa dengan berdiskusi dengan teman, bermain bersama anak. Salah satu santapan paling bergizi bagi jiwa adalah Al-Qur’an. Para ilmuan merumuskan, jika informasi itu ditentukan oleh tiga faktor, yakni akurasi, timelines, dan relevan. Al-Qur’an, memiliki semuanya. Ia adalah sebaik-baik nutrisi bagi jiwa karena bersumber dari sumber yang paling murni dan terjaga hingga akhir zaman. Dalam Qur’an, Al-Hijr ayat 9, Allah Swt. berfirman,
اِنَّا نَحْنُ نَزَّلْنَا الذِّكْرَ وَاِنَّا لَهٗ لَحٰفِظُوْنَ
Sungguh, Kami yang menurunkan Al-Qur'an dan pasti Kami pula yang memeliharanya
Selain itu, Allah Swt. juga menjamin, jika Al-Qur’an bisa menjadi obat, terutama bagi jiwa. Makanan yang baik itu, tak cukup dengan halal, namun juga berfungsi sebagai obat. Ia tidak memiliki efek samping, kemudian juga memberi manfaat lebih bagi tubuh. Mie instan mungkin halal, tapi kita semua tahu, ada efek samping jika dikomsumsi melebihi kadar dalam waktu yang lama. Maka, Al-Qur’an itu adalah “makanan bagi jiwa” yang thoyyib. Dalam Qur’an, surat Yunus ayat 57, Allah Swt. berfirman,
يٰٓاَيُّهَا النَّاسُ قَدْ جَاۤءَتْكُمْ مَّوْعِظَةٌ مِّنْ رَّبِّكُمْ وَشِفَاۤءٌ لِّمَا فِى الصُّدُوْرِۙ وَهُدًى وَّرَحْمَةٌ لِّلْمُؤْمِنِيْنَ
Hai, manusia! Sungguh, telah datang kepadamu Al-Qur’an dari Tuhanmu, penyembuh bagi penyakit yang ada dalam hati dan petunjuk serta rahmat bagi orang beriman.
Maka, alangkah baiknya, jika kita mengisi waktu luang di sela aktfitas kita dengna membaca Al-Qur’an. Tentu akan lebih baik, jika kita mengaggarkan waktu khusus untuknya. Khasiat Al-Qur’an, itu akan optimal jika kita “konsumsi” pada dini hari. Di mana semua orang tertidur, kita bisa seolah-olah berbincang “berduaan” dengan Sang Pencipta, Allah Swt. Sebagaimana firman-Nya dalam Qur’an, surat Al-Muzammil ayat 1-7,
يٰٓاَيُّهَا الْمُزَّمِّلُۙ
Hai, orang yang berselimut (Muhammad)!
قُمِ الَّيْلَ اِلَّا قَلِيْلًاۙ
Bangun untuk salat pada malam hari, dan sisakan sedikit waktu malam untuk tidur,
نِّصْفَهٗٓ اَوِ انْقُصْ مِنْهُ قَلِيْلًاۙ
yaitu separuhnya atau kurang dari itu,
اَوْ زِدْ عَلَيْهِ وَرَتِّلِ الْقُرْاٰنَ تَرْتِيْلًاۗ
atau lebih dari separuhnya, dan bacalah Al-Qur’an dengan perlahan-lahan.
اِنَّا سَنُلْقِيْ عَلَيْكَ قَوْلًا ثَقِيْلًا
Sesungguhnya, Kami akan menurunkan perkataan berkualitas kepadamu.
اِنَّ نَاشِئَةَ الَّيْلِ هِيَ اَشَدُّ وَطْـًٔا وَّاَقْوَمُ قِيْلًاۗ
Sesungguhnya, bangun malam itu lebih kuat untuk mengisi jiwa; dan bacaan pada waktu itu lebih berbekas.
اِنَّ لَكَ فِى النَّهَارِ سَبْحًا طَوِيْلًاۗ
Sesungguhnya, pada siang hari kamu sangat sibuk dengan urusan-urusan yang panjang.
Dengan membaca Al-Qur’an, yakinlah, kerjamu akan lebih semangat, lebih bermakna, sekaligus bisa menjadi penjaga dari perbuatan-perbuatan yang tidak bermanfaat, bahkan menyimpang. Wallahu a’lam bi shawwab